//
you're reading...
umum

MINYAK TANAH..OH..MINYAK TANAH!!

minyak(5/3) Pagi yang cerah di desaku tercinta membuatku antusisas untuk memulai hari dengan senyuman dan semangat baru. Namun, senyum yang biasanya terukir di bibir ibuku setiap harinya kini tergantikan dengan omelan berkepanjangan dan tak berujung pangkal. Kucoba bertanya sambil mengingat-ingat kesalahan apa yang telah kuperbuat hingga ibuku merusak semangatku dengan omelannya.

Riuh rendah celoteh ayam peliharaanku membuat omelan ibuku terdengar samar-samar. Aku hanya menangkap kata “ngantri minyak tanah” dan “pengelola pangkalan minyak tanah yang nyebelin”. Ow, Tolong lah..tak adakah pencerahan tentang masalah minyak tanah ini?? batinku mengeluh. Permasalahan minyak tanah yang tak kunjung bersolusi beberapa tahun terakhir ini telah menjadi momok yang sangat menyebalkan untuk dibahas, menurutku.

Untuk diketahui, pangkalan minyak tanah untuk Desa Kalimantong berada di Desa Menemeng Kec. Brang Ene. Berbeda dengan 2 Tahun lalu dimana pangkalan minyak tanah untuk Kalimantong berada di Desa Mujahidin.

Gerah dengan omelan ibuku, bergegas kupacu kendaraanku menuju pangkalan minyak tanah yang ada di desa Manemeng. Disana aku bertemu dengan kumpulan ibu-ibu yang lagi pada ngobrol tentang pengelola pangkalan minyak tanah yang sepertinya menurut mereka sangat arogan. Adalah Sahora, seorang ibu rumah tangga yang menumpahkan kekecewaannya padaku. “saya tidak dapat jatah minyak nih, padahal sudah antri sejak pagi-pagi sekali. saya bingung dengan sistem pembagian seperti ini padahal jatah minyak untuk desa kita 3 drum. Seharusnya itu sudah cukup memenuhi kebutuhan minyak bagi seluruh warga Kalimantong. Tapi nyatanya saya tidak kebagian “keluhnya.

Berbeda dengan Hafni, warga Desa Kalimantong yang kebetulan berhasil mendapatkan jatah minyak dari pangkalan itu, ternyata sama kecewanya dengan Ibu Sahora. “kami sudah berusaha mengantar cerigen minyak ke pangkalan pagi – pagi buta tapi kenyataannya tidak sesuai dengan harapan”.

Di tempat terpisah Kepala Desa Kalimantong yang akrab dipanggil Bayu, menyatakan keprihatinannya melihat warganya yang antri minyak di Desa Manemeng. Ia juga menambahkan bahwa “Pemerintah Desa sudah berusaha untuk mengatur pembagian jatah sesuai dengan yang diharapkan warga Desa Kalimantong, beliau juga menambahkan,”kemarin kami dari Pemerintah Desa dan Kecamatan telah mengadakan pertemuan untuk membahas jatah masing – masing Desa dengan rincian sebagai berikut : Desa Mura dapat jatah 2 drum, Desa Manemeng 2 drum , Desa Mataiyang 1 drum , dan Desa Kalimantong 3 drum. Sedangkan untuk Desa Lampok dan Mujahiddin jatahnya ada di pangkalanMinyak Tanah yang ada di Desa Mujahidin. Walaupun demikian masih saja kami lihat kurangnya jatah minyak untuk Desa Kalimantong” tuturnya menjawab pertanyaan yang kulontarkan. Beliau juga membenarkan bahwa kemarin hari Minggu Desa Kalimantong mendapat jatah kupon minyak tanah dari petugas pangkalan sebanyak 120 Kupon dengan rincian : 90 kupon untuk Dusun Majapahit dan Dusun Batu Putih serta 30 kupon untuk Dusun Ai Dewa.

“Masing-masing kupon bernilai 5 liter minyak tanah, namun dari laporan warga ternyata satu kupon hanya mendapat jatah 3 liter. Hitungannya bila 1 kupon sama dengan 3 liter maka jumlah kupon khusus kalimantong seharusnya ditambah menjadi 200 kupon” jelasnya lagi panjang lebar.

Entah dibagian yang mana terjadinya misskomunikasi antara Pemerintah Desa dengan Pengelola Pangkalan Minyak Tanah. Hal-hal seperti ini masih bisa dikomunikasikan untuk mendapat solusi terbaik agar tidak ada yang merasa dirugikan karena menyangkut hajat hidup orang banyak.

Sepertinya Program Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi untuk mengkonversi pemakaian minyak tanah ke gas alam akan jauh lebih cepat berhasil bila melihat kondisi ini. Namun kembali pada kesiapan masyarakat, apakah mereka juga sudah siap mengganti bahan bakar minyak tanah ini dengan gas alam, karena cukup banyak  warga  Desa ini yang berasumsi bahwa memakai kompor gas laksana menyimpan bom didalam rumah. Ah, mungkin asumsi ini hanya karena berita dari media elektonik yang beberapa waktu lalu memuat tentang seringnya terjadi ledakan yang memakan korban harta dan jiwa akibat dari gas elpiji bantuan Pemerintah ini.

Tapi, dibalik semua peristiwa ini sebenarnya kita sedang diuji bagaimana caranya mencari solusi terbaik dari setiap permsalahan, karena bagaimanapun minyak tanah dan gas alam sama-sama merupakan potensi alam yang akan habis bila dipakai terus menerus. Sudah banyak sekali terobosan-terobosan untuk menggantikan kedua bahan bakar ini, mengapa kita tidak mencobanya sambil ikut melestarikan dan menjaga kelangsungan hidup Bumi yang kian menua ini. Salam lestari!!

Diskusi

Belum ada komentar.

Tinggalkan komentar

Maret 2013
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031

Statistik Blog

  • 26.136 dilihat